Posted by : Unknown Sabtu, 30 Agustus 2014


Ini adalah naskah drama yang dibuat oleh Anita Catur dan Anindita

Happy reading ^^

Di sebuah kota, tinggallah seorang gadis bernama Sofia. Dia hanya tinggal dengan neneknya, dia ditinggalkan oleh keluarganya karena mengidap penyakit jantung mengipas atau lemah jantung. Keluarganya tidak mau menanggung beban pengobatannya. Sofia  memiliki sebuah mimpi yaitu ingin pergi ke Jerman dan bersekolah disana. Walaupun dalam keadaan sakit, dia tetap gigih dalam mewujudkan mimpinya. Dia sekarang duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). Pada saat liburan usai, dia kembali melakukan rutinitasnya yaitu bersekolah. Di sekolahnya, dia memiliki sahabat yang selalu menemani dan mendukung Sofia jika Sofia sedang sedih atau bingung, sahabatnya adalah Diana.
(Di rumah...)
Sofia    : Nek, aku berangkat sekolah dulu ya?
Nenek   : Iya, hati-hati ya?
Sofia    : Baik nek.
(Di sekolah..)
Diana   : Sofia!! Tunggu aku! (Berlari mendekati Sofia)
Sofia    : (Menoleh ke belakang) iya.
Diana   : Bagaimana kabarmu? Apakah kamu puas dengan libur selama 2 minggu?
Sofia    : Alhamdulillah baik, kamu sendiri bagaimana? Emm.. puas (tersenyum)
(Bel sekolah pun berbunyi)
Diana   : Aku bai-baik saja, bel sudah berbunyi, ayo kita masuk kelas!
Sofia    : Ayo!
            (Di kelas..)
Guru     : Anak-anak, kita kedatangan murid baru.
Diana   : Hah? Kira-kira siapa ya?
Sofia    : Aku juga tidak tau, kita lihat saja sebentar lagi.
Guru     : Silahkan masuk dan perkenalkan dirimu. (menunjuk anak baru)
Daniel   : Nama saya Kim Hwang Tae , kalian bisa memanggilku Daniel. Salam kenal!
Diana   : Wah.. ternyata laki-laki.
Sofia    : Eum.. (Tersenyum mengangguk)
Guru     : Silahkan duduk disamping Adam.
Daniel   : Baiklah, terima kasih!
Guru     : Iya.
Adam   : Hey! Perkenalkan namaku Adam.
Daniel   : Iya, namaku Daniel.
Bel istirahat pun berbunyi, murid-murid pun keluar kelas kecuali Sofia dan Daniel.
Daniel   : Hey! Namaku Daniel, salam kenal!
Sofia    : (Mengangkat kepalanya) Namaku Sofia, salam kenal kembali.
Daniel   : Boleh aku duduk disebelahmu?
Sofia    : Silahkan.
Daniel   : Mengapa kamu tidak keluar kelas?
Sofia    : Hah.. tidak apa-apa, hanya malas saja, kamu sendiri?
Daniel   : Hah.. aku tidak tau tempat-tempat di sekolah ini. (Menjawab dengan gugup)
 Maukah kamu menemaniku melihat-lihat seisi sekolah ini? (Bertanya dengan gugup)
Sofia    : Emm... baiklah.
            Sofia dan Daniel pun berkeliling Sekolah hingga jam istirahat usai.
(Bel berbunyi..)
Sofia    : Bel sudah berbunyi, ayo kita kembali ke kelas!
Daniel   : Hah.. ayo! (Menjawab dengan gugup)
Semenjak itu Sofia dan Daniel pun berteman. Dan dari hari ke hari mereka semakin dekat, dan akhirnya mereka menjadi sahabat. Hingga pada suatu hari Daniel mengetahui penyakit yang di derita oleh Sofia.
(Beberapa hari kemudian..)
Daniel   : Hey Sofia!
Sofia    : Hey! (Terengah-engah dan memegang dadanya)
Daniel   : Kamu sedang apa di tempat seperti ini? Dan mengapa nafasmu terengah-engah?
Sofia    : Tidak ada. Sudahlah aku mau pulang dulu. (Bergerak menjauhi Daniel)
Daniel   : Hah.. emm.. baiklah kalau begitu. (Menunjukkan rasa keheranannya)
Tiba-tiba ada suara “Braaakkk...”
Daniel   : (Menoleh kebelakang) Sofia!!
Ternyata Sofia terjatuh, Daniel memanggil bantuan dan langsung membawa Sofia menuju Rumah Sakit.
(Di Rumah Sakit..)
            Setelah Di periksa selama beberapa jam, Dokter yang memeriksa Sofia pun keluar.
Daniel   : Bagaimana dengan keadaan teman saya dok?
Dokter  : Teman anda baik-baik saja.
Daniel   : Alhamdulillah, maaf kalau boleh tau, dia sakit apa ya dok?
Dokter  : Dia sakit lemah jantung atau biasa disebut jantung mengipas.
Daniel   : Hah? (Terkejut dan dalam hatinya dia berkata, “ternyata selama ini Sofia menyembunyikan penyakitnya. Jadi itulah sebabnya dia suka menyendiri dan berdiam diri, dia tidak ingin membuat teman dan sahabatnya khawatir”)
Dokter  : Baiklah, saya permisi dahulu.
Daniel   : Iya, terima kasih!
Dokter  : Sama-sama.
Daniel pun masuk ke ruangan tempat Sofia di rawat. Di ruang perawatan, Daniel membereskan barang-barang Sofia dan memasukkannya ke dalam tas Sofia.
            Beberapa jam kemudian, Sofia sadar.
Sofia    : Dimana ini?
Daniel   : Kamu sudah sadar? Ini di rumah sakit, kamu tadi terjatuh dan aku langsung membawamu kesini.
Sofia    : Oh.. (Mengangkat tubuh untuk duduk)
Daniel   : Jangan memaksakan dirimu!
Sofia    : Aku baik-baik saja.
Daniel   : Tapi kamu tidak sehat, kamu sedikit tidak waras.
Sofia    : Hah? (Heran)
Daniel   : Haha..  hanya bercanda. (Tertawa + Menggaruk tengkuk)
Tapi ku akui bahwa aku memang sedikit gila, jadi perkataanku tadi tidak perlu dipikirkan.
Sofia    : ???? (Terheran-heran)
Daniel   : Lupakan kalau tidak mengerti.. Mau aku belikan makan? Aku juga belum makan.
Sofia    : Ahh... Tidak usah, terima kasih.
Daniel   : Oh iya ngomong-ngomong, aku mau bertanya sesuatu ke kamu.
Sofia    : Iya, mau nanya tentang apa?
Daniel   : Ahh.. apakah kamu punya sebuah impian yang belum tercapai?
Sofia    : Ada satu, aku ingin pergi ke Jerman.
Daniel   : Mengapa kamu ingin ke Jerman?
Sofia    : Disana aku ingin melanjutkan sekolah dan menggapai cita-citaku, aku memilih Jerman sebagai tempat impian karena Jerman adalah Di Jerman Wajib belajar dimulai sejak usia seseorang 6-18 tahun. Selama menjalani wajib belajar itu, tidak dipungut biaya. Sarana belajar seperti buku, diberikan secara cuma-cuma. Dan disana lebih mengedepankan urusan pendidikan.
            Juga..,Aku ingin memenuhi janjiku..(Memandang Lurus tembok)
Daniel   : Wow, ternyata kamu punya impian yang tinggi juga ya? Tetapi,apa maksudmu dengan janji? (  Mengernyitkan Dahi)
Sofia    : Begitulah... kamu sendiri bagaimana?
Daniel   : Kalau aku... aku ingin pergi ke Brazil.
Sofia    : Kenapa kamu ingin kesana?
Daniel   : Ahh.. aku pingin ngerasain rasanya memetik kopi disana. (Tertawa)
Sofia    : ??? (Terheran-heran). Pertama aku mengenalmu, aku pikir kamu ini orangnya biasa saja tetapi pada kenyataannya kamu ini orangnya lucu juga ya? (Tersenyum)
             Ah ya,Sebenarnya ada hal yang ingin kutanyakan.
Daniel   : Apa?
Sofia    : bukankah namamu Kim Hwang Tae? Mengapa bisa nama panggilanmu Daniel?
Daniel   : Eum.. Setiap bulan ayahku selalu berpindah tempat..
             Itu semua karna pekerjaan ayahku..  Pada saat itu ayahku sedang dipindahkan dikorea..
 Lebih tepatnya kota busan,jadi nama Kim Hwang Tae adalah kenang-kenangan saat ayahku  di korea..
Sofia    : Eum..? (Terheran-heran)
Daniel   : Intinya,saat ayaku dipindahkan ke korea pada saat itu juga aku dilahirkan,jadi itu alasan aku  mendapatkan nama ini.
Sofia    : Eum.. (Mengangguk) Lalu nama Daniel,kau peroleh darimana?
Daniel   : Sudah kubilang,ayahku selalu berpindah-pindah tempat.. Jadi nama Daniel..
            Eumm... ya  begitulah.. (Tertawa lebar)
Sofia    : eum(M/engagguk-ngangguk) Dasar Aneh (Dalam hati)
(Beberapa Menit Kemudian)
Daniel   : I Dream High nan kkumeul kkujyo ….Himdeul ttaemyeon nan nuneul gamgo Kkumi irweojineun geu sunganeulGyesok netteoollimyeo ireonajyo 
Sofia    : Lagu apa itu?
Daniel   : Dream high,.. Lagu ini menceritakan Bahwa sebuah impian itu sangat indah..
             Seindah Fantasi.. (Memandang kosong Tembok) Ketika impianmu sudah tercapai,
Sofia    :  Eum.. apa kau tau lagu Tell me yor wish?
Daniel   : Eh,? Kau menyukai lagu itu? (Mengernyitkan dahi)
Sofia    : Aku penah mendengarnya...
             sdfglkjhgfddfghjkljhg
Daniel   : Eum? (terheran-heran)
Sofia    : Lagu itu… Aku ingin mendengarnya..
Daniel   : Kau ingin?
Sofia    : eumm (Mengangguk)
Daniel   : (Mengangguk + Tersenyum ) Baiklah aku berjanji akan menunjjukkan lagu itu..
Sembari Sofia dan Daniel bercanda tawa, Diana dan nenek Sofia tiba di ruang perawatan. Dan setelah Diana datang terjadilah kerusuhan disana.
Diana   : Sofia!! Apa yang terjadi?
Sofia    : Ahh.... aku tidak apa-apa, aku hanya terjatuh saja.
Diana   : Apa yang membuatmu terjatuh? (Menoleh ke arah Daniel). Hey!! Apa kamu yang menyebabkan Sofia menjadi seperti ini? (Marah-marah).
Daniel   : Ahh.. tidak, tidak.. (Ketakutan)
Diana   : Mengaku saja kamu, kamu pasti yang melakukan ini kepada Sofia, iya kan?
Sofia    : Sudah cukup, bukan Daniel yang menyebabkan ini semua, tadi aku hanya pusing dan terjatuh.
Diana   : Aishh...(Kebingungan) Hey! Maafkan aku ya, sudah menuduhmu tanpa bukti (Menunduk malu).
Daniel   : Iya.
Diana   : Emm.. Sofia, sebenarnya kamu kenapa?
Sofia    : Aku baik-baik saja dan besok pagi aku masih bisa terbangun dan menjalani hidup seperti orang normal lainnya. (Jawab Sofia dengan tersenyum).
Daniel   : Sofia menyembunyikan rasa sedih dan rasa sakitnya dengan senyuman, baru kali ini aku bertemu dengan orang seperti dia. (Kata Daniel dalam hati)
Nenek   : Kamu baik-baik saja kan, cu?
Sofia    : Iya nek, Sofia baik-baik saja.
Setelah berbincang-bincang, tiba-tiba seorang dokter datang untuk memeriksa keadaan Sofia. Daniel dan Diana pun keluar. Mereka pergi ke taman yang ada di rumah sakit itu dan berbincang-bincang disana.
(Di taman...)
Diana   : Ahh.. terima kasih ya, sudah mau membantu Sofia.
Daniel   : Itu bukan apa-apa, sebagai teman sudah sewajarnya begitu kan! (Tersenyum)
Diana   : Sofia.. dia itu sebenarnya kenapa? Aku merasa malu karena sebagai sahabatnya, aku tidak bisa menjaga dan menemani dia sepanjang waktu. Apalagi sekarang dia sedang terbaring di rumah sakit dan aku baru menyadari hal itu dari orang lain bukan dari diriku sendiri. (Meneteskan air mata)
Daniel   :Jangan menyalahkan diri sendiri. Oh iya, ngomong-ngomong, kamu tidak tau tentang penyakit yang di derita Sofia?
Diana   : Tau, tetapi dia tidak pernah mengeluh tentang penyakit dan kesedihannya. Dia selalu menyembunyikannya, dia selalu tersenyum jika di hadapanku walaupun aku tau, sebenarnya dia menyimpan rasa sakit dan sedih.(Meneteskan air mata)
Daniel   :Ternayata Sofia adalah gadis yang tangguh, dia bisa mengalahkan semua rasa sakitnya dan walaupun dalam keadaan yang kurang baik, dia masih bisa tersenyum. (Ucapnya dalam hati)
Diana   : Duhh... pakek acara nangis segala. (Mengusap air mata yang terus mengalir di pipinya)
Daniel   : Ah.. tidak apa-apa kok. Aku bisa merasakan hal yang kamu rasakan saat ini. (Tersenyum)
Diana   : Baiklah.. ayo kita kembali ke ruang perawatan! (Berdiri dan mengangkat tangannya)
Daniel   : ??? (Keheranan) ayo! (Berdiri)
Setelah selesai berbincang-bincang merekapun kembali ke ruang perawatan untuk menjenguk Sofia.
            (Di ruang perawatan)
Daniel   : Ahh.. ini sudah sore jadi sebaiknya aku pulang terlebih dahulu.
Diana   : Baiklah, selamat tinggal!
Daniel   : Jangan pernah bilang selamat tinggal, tetapi sampai berjumpa lagi.
Diana   : Ahh.. itukan sama aja. (Memasang wajah serius)
Daniel   : Jelas itu berbeda.
Diana   : Sama! (Berteriak)
Daniel   : Berbeda! (Berteriak)
Sembari Diana dan Daniel bertengkar tentang masalah “selamat tinggal”, Sofia mengeluarkan ekspresi kebingungan dan berkata dalam hatinya “Ya Allah, terima kasih telah mempertemukan aku dengan teman-temanku. Aku sangat bersyukur memiliki teman seperti mereka. Mereka yang menemaniku disaat ku merasa sepi, mereka yang menghapus rasa sedih, dan mereka yang membuat tegar dalam melewati segala cobaan yang aku terima.” (Tersenyum melihat Diana dan Daniel bertengkar)
Diana   : Kamu ini mau pulang atau mau ngajak berantem hah?
Daniel   : Ah.. benar juga, baiklah aku pulang dulu, sampai jumpa lagi.
Diana   : Eum.. (Menampakkan eksresi datar )
Sofia    : Nenek!
Nenek   : Ada apa nak?
Sofia    : Kapan aku bisa pulang?
Nenek   : Kalau Sofia sudah merasa sehat. (Tersenyum)
Sofia    : Aku sekarang sudah merasa sehat, jadi aku boleh pulang?
Diana   : Jika kamu merasa sekarang sudah sehat, tentunya kamu boleh pulang. (Tersenyum) Baiklah, aku akan bicara dengan dokter yang merwat.
Diana pun pergi untuk menemui dokter yang merawat Sofia.
(Di ruangan dokter...)
Diana   : Permisi Dok, saya ingin berbicara sebentar.
Dokter  : Iya, silahkan.
Diana   : Begini Dok, teman saya yang di rawat di ruang 12 itu ingin pulang hari ini.
Dokter  : Tetapi keadaannya masih kurang baik.
Diana   : Saya tau akan hal itu Dok, tetapi jika dia tetap disini, hal itu hanya akan menambah beban pikirannya saja. Jika dia diijinkan untuk pulang, mungkin kesehatannya akan cepat membaik.
Dokter  : Baiklah, jika itu yang terbaik, saya ijinkan dia untuk pulang.
Diana   : Terima kasih!
Dokter  : Sama-sama.
Dan setelah diijinkan untuk pulang, Keesokan harinya Diana pun membereskan barang Sofia dan mengantarkan Sofia pulang. Sesampainya di rumah Sofia, Diana membantu mengangkat barang Sofia dan mengantarkan Sofia ke kamar tidurnya.
(Di kamar tidur Sofia...)
Diana   : Istirahat yang cukup ya! Supaya cepat sehat. (tersenyum)
Sofia    : Baik (menganggukkan kepala) Diana, terima kasih untuk semuanya!
Diana   : Oikhh... terima kasih kembali. (tersenyum) Aku pulang dahulu ya? Sampai jumpa!
Sofia    : Iya.
Nenek   : Terima kasih ya nak Diana!, sudah mau membantu Sofia.
Diana   : Iya nek. (Tersenyum)
            Keesokan harinya, Sofia tetap pergi ke sekolah walaupun keadaannya masih belum baik.
            (Di sekolah..)
            Sofia memasuki kelasnya. Disana tampak kedua sahabatnya yaitu Diana dan Daniel sedang berbincang bincang. Kemudian Sofia berjalan perlahan menuju tempat duduknya.
Daniel   : Ahh.. Sofia! (Menoleh ke arah Sofia)
Diana   : Hah? Dimana?
Daniel   : Itu! (Menunjuk ke arah Sofia)
            Diana dan Daniel pun mendekati Sofia.
Daniel   : Mengapa kamu masuk sekolah?
Sofia    : Aku sudah merasa lebih baik dan aku tidak mau membuang-buang waktu untuk belajar karena belajar adalah modalku untuk menggapai impianku
Daniel   : Tapi...
Diana   : Sudahlah, Sofia kan sudah merasa lebih baik jadi tidak perlu di permasalahkan. Bukannya sebagai teman sudah sepatutnya kita ikut bahagia karena teman kita sudah sehat kembali dan bisa berkumpul bersama-sama lagi. (Ucap Diana, memotong pembicaraan Daniel)
Daniel   : Hmmm.... (Tersenyum)
            (Bel tanda pelajaran pertama pun berbunyi)
            Guru yang mendapat jam untuk mengajar di kelas Sofia, memasuki kelas.
Guru     : Selamat pagi anak-anak!
Semua  : Selamat pagi Pak!
            Sofia dan teman-temannya mengikuti pelajaran di kelasnya hingga jam istirahat.
            (Bel berbunyi tanda untuk istirahat..)
Daniel   : (Mendekati Sofia) ahh.. Sofia! Kamu tidak mau keluar?
Sofia    : (Menghentikan menulisnya dan menoleh ke arah Daniel) Tidak!
Daniel   : Mengapa setiap jam istirahat, kamu selalu di dalam kelas?
Sofia    : Aku sibuk menulis surat. (Melihat buku hariannya)
Daniel   : Surat untuk siapa? (Menatap Sofia)
Sofia    : Untuk Tuhan.
Daniel   : Ahh... (Menundukkan kepalanya dan berbicara dalam hatinya) Sofia! Di dunia jarang ada gadis seperti kamu. Kamu tetap tabah dalam menghadapi semua cobaan dan bisa mengganti kesedihan yang kamu rasakan dengan sebuah senyuman.
Sofia    : Daniel! Mengapa kamu diam?
Daniel   : Hah! (Terkejut) Oh tidak, tidak!
Sofia    : Aku ingin bertanya kepadamu.
Daniel   : Boleh, mau nanya tentang apa?
Sofia    : Orang asing seperti keluarga sendiri dan mau menerima aku apa adanya tetapi mengapa keluarga sendiri seperti orang asing?
Daniel   : Apa maksudmu berkata seperti itu?
Sofia    : Keluargaku meninggalkan aku karena aku mengidap suatu penyakit, dan mereka tidak mau menerimaku karena menurut mereka, aku hanya menjadi beban keluarga. (Meneteskan air mata)
Daniel   : Jadi sekarang kamu tinggal sendiri di rumahmu?
Sofia    : Tidak! Di rumah, aku tinggal dengan seorang nenek. Keluargaku yang aku kenal hanyalah nenekku seorang saja. Bukannya waktu di Rumah Sakit ada nenekku?
Daniel   : Oh iya.. Bukan hanya nenekmu tapi masih ada sahabatmu di dunia ini, yang setia menemanimu disini. Jadi kamu tidak perlu merasa kesepian lagi dan air matamu itu jangan kamu jatuhkan lagi di hadapanku, lagipula kamu jelek jika menangis. (Tersenyum)
Sofia    : (Tersenyum)
Daniel   : Nah... begitu kan lebih baik. (Tersenyum)
Bel berbunyi dan murid-murid mulai memasuki kelas dan bersiap untuk menerima pelajaran.
Daniel   : (Tersenyum dan memandangi Sofia)
Adam   : Hey!! (Memanggil Daniel)
Berulang kali Adam memanggil tetapi Daniel tetap tidak menoleh, Daniel tetap memandangi Sofia dan memikirkan keadaan Sofia.
Adam   : Hey anak baru!! (Berteriak)
Guru     : Yang di belakang, diam!
Adam   : Maaf, pak!
Daniel   : Ada apa kamu memanggilku, dengan suara lantang pula?
Adam   : Hmm... aku tadi sudah memanggilmu berkali-kali tetapi kamu tidak menoleh. (Marah)
Daniel   : Hehe.. maaf, tadi aku melamun. (Tertawa)
Adam   : Sudahlah.. aku hanya ingin meminjam bolpoinmu.
Daniel   : Ini!
Adam   : Terima kasih!
Daniel   : Sama-sama.
            Sofia dan murid lain mengikuti kegiatan belajar dan mengajar di sekolahnya hingga jam sekolah telah berakhir. Keesokan harinya salah satu teman Sofia ingin mengadakan pesta untuk merayakan hari ulang tahunnya dan semua murid di kelas Sofia diundang tak terkecuali Sofia.
Wahyuni: Pengumuman! Sekedar diberitahukan kepada murid kelas XII IPA, bahwa hari ini aku akan mengadakan pesta untuk merayakan hari ulang tahunku dan kalian semua di undang. Pesta di mulai pukul 19.00 di rumahku, jadi jangan sampai terlambat.
Daniel   : Sofia, apakah kamu akan datang?
Sofia    : Karena dia telah mengundangku, maka aku akan datang jika tidak ada halangan. Kamu sendiri bagaimana?
Daniel   : Aku juga akan datang jika tidak ada halangan.
Sofia    : Baiklah, sampai jumpa nanti malam.
Daniel   : Ok. (Menunjukkan ibu jarinya)
Pada malam hari di rumah Wahyuni, pada saat pesta sudah dimulai
Daniel   : Sofia! Kamu datang?
Sofia    : Eum (Mengangguk) Tentu saja..
Diana   : Aku kira kau takkan datang.. Baguslah..
Daniel   : Sofia,Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu..
Sofia    : apa? (mengernyitkan dahi)
Daniel   : Tunggu sebentar (Berlari ke arah panggung)
             Sofia,bukankah ini janjiku?(Sedikit Berteriak)
(Menari)
Sofia    : (Tersenyum saat melihat teman-teman menari) Terima kasih…Terima kasih..
            (Setelah beberapa saat kemudian)
Daniel   : Bagaimana?
Sofia    : Apanya? (Pura-pura bingung)
Diana   : aish.. Penampilan kami..
Sofia    : Keren (Mengacungkan 2 jempol)
Bertiga  : Haha.. (tertawa bersama)
Beberapa saat kemudian,Sofia merasakan sakit di dadanya..
Segera dia bergegas menuju Diana dan Daniel.

Sofia    : Daniel! Diana!
Daniel   : Ahh.. (Menoleh ke arah Sofia dan mendekatinya)
Diana   : Ada apa Sofia?
Sofia    : Bisa antarkan aku pulang?
Diana   : Bisa.
Daniel   : Ada apa?
Diana   : Sofia meminta agar kita mengantarnya pulang.
Daniel   : Ahh.. mengapa Sofia mau pulang, sedangkan pestanya baru dimulai?
Sofia    : Aku hanya merasa lelah dan aku ingin istirahat. Ayo cepat antarkan aku pulang! (Berteriak dan berjalan pergi keluar)
Daniel   : Jangan, jangan.. (Khawatir)
Diana   : Kenapa?
Daniel   : Penyakit Sofia kambuh.
Diana   : Oh iya, ayo cepat! (Berlari)
Daniel   : Ayo! (Berlari)
            Sesampainya di luar rumah Wahyuni, Daniel dan Diana terkejut melihat Sofia yang sudah jatuh tergeletak. Daniel pun memanggil bantuan. Sofia pun dibawa ke rumah sakit dan menjalani perawatan secara intensif disana. Sudah 5 hari sudah berlalu, dan Sofia pun tetap tidak sadarkan diri. Keadaan Sofia yang sedang koma dan membuat Nenek Sofia, Daniel, dan Diana semakin khawatir.
(Di rumah sakit...)
Diana   : Sofia belum juga sadar.
Daniel   : Iya. (Ayolah Sofia buka matamu, aku tau kamu adalah gadis yang tangguh, jadi bukalah matamu dan tertawalah bersama kami lagi. Ucapnya dalam hatinya)
            (Beberapa jam kemudian...)
Sofia    : (membuka matanya dengan perlahan) Dimana ini?
Diana   : Wah.. Sofia sudah sadar! Ini di rumah sakit.
Daniel   : Hah.. Sofia, akhirnya kamu sadar juga.
Sofia    : Sudah berapa hari aku disini?
Daniel   : Sudah 5 hari kamu di rawat disini, dan selama itu kamu tidak sadarkan diri.
Sofia    : Maafkan aku, aku membuat kalian menjadi khawatir.
Daniel   : Kalau kamu tidak ingin kami khawatir, maka kamu harus sehat dan tertawa bersama kami lagi!
            Tiba-tiba seorang perawat memanggil keluarga Sofia untuk menemui dokter Sofia.
Perawat: Disini siapa yang merupakan keluarga Sofia?
Diana   : Ahh... (Kebingungan)
            Semua yang ada di ruang perawatan itu kebingungan karena mereka tidak tau siapa yang akan menjadi wakil untuk bertemu dokter.
Daniel   : Saya!
Diana   : Hah? Bukannya harusnya Nenek Sofia yang merupakan keluarga Sofia?
Daniel   : Memang, tapi Nenek Sofia terlihat kelelahan.
Diana   : Benar juga perkataanmu.
Perawat: Mari ikut saya!
            Daniel pun mengikuti perawat itu untuk bertemu dokter.
            (Di ruangan dokter...)
Perawat: permisi dok, dia adalah keluarga dari Saudari Sofia. (Menunjuk Daniel)
Dokter  : Oh, silahkan duduk!
Daniel   : (Duduk)
Dokter  : Anda keluarganya Sofia?
Daniel   : Iya.
Dokter  : Begini, saya ingin menyampaikan bahwa saudari Sofia mungkin sudah tidak punya waktu banyak. Penyakit jantuntungnya dari hari ke hari bertambah parah. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan Sofia adalah melakukan operasi untuknya, dan kemungkinannya hanya sedikit agar berhasil. Sofia membutuhkan donor jantung dalam waktu dekat agar dia dapat bertahan. Hanya itu yang ingin saya sampaikan.
Daniel   : Ahh... Baiklah, saya permisi dulu.
Dokter  : Iya, silahkan!
            Daniel pun keluar dan kembali ke ruang perawatan Sofia.
            (Di ruang perawatan...)
Diana   : Bagaimana kata dokter?
Daniel   : (Diam dan menundukkan kepalanya)
Sofia    : (Tersenyum dan berkata dalam hatinya “ Ya Allah, apakah waktuku sudah dekat?”)
Daniel   : Diana! Mari kita keluar, aku akan menceritakannya kepadamu.
Diana dan Daniel pun keluar. Di taman rumah sakit, Daniel menceritakan semuanya.
            Setelah selesai menceritakan semuanya kepada Diana. Mereka pun kembali ke ruangan perawatan Sofia.
            (Di ruang perawatan...)
Sofia    : Kalian telah kembali? (Tersenyum)
Diana   : Iya, kami pasti kembali untukmu Sofia. (Tersenyum)
Sofia    : Oh iya, apa kata dokter tadi?
Diana   : Dia bilang kamu harus mendapatkan donor jantung dalam waktu dekat.
Sofia    : Oh begitu.. kalian tak perlu bersusah payah mencarikan aku pendonor jantung dan tidak perlu mengkhawatirkan aku lagi. Aku sudah memutuskan bahwa aku akan hidup dengan jantungku sendiri dan bila tiba sudah waktuku untuk pergi, aku akan mengenang kalian sebagai sahabat sekaligus keluargaku yang paling aku sayangi. (Dengan tersenyum)
Daniel   : Tapi...
Diana   : Sofia! kamu adalah sahabatku yang paling aku kagumi dan paling aku sayangi. (Memotong pembicaraan Daniel dan meneteskan air matanya)
Sofia    : Kalau begitu aku ingin pulang sekarang!
Daniel   : Baiklah, kami akan membereskan barangmu terlebih dahulu.
            Setelah membereskan semua barang Sofia, Daniel dan Diana pun mengantar pulang Sofia. Beberapa hari kemudian, di rumah Sofia.
            (Di rumah Sofia...)
Sofia    : Tolong telepon Daniel! Aku ingin bicara dengan kamu dan Daniel.
Diana   : Baiklah. (Mengambil ponselnya dan mulai menelpon Daniel)
Daniel   : Halo?
Diana   : Hai! Tolong cepat ke rumah Sofia! Sofia ingin bicara denganmu.
Daniel   : Denganku? Baiklah aku segera kesana.
Diana   : Ok. (Menutup telepon)
            15 menit kemudian Daniel tiba di rumah Sofia.
Daniel   : Ada apa?
Diana   : Dia ingin bicara.
Daniel   : Ada apa Sofia?
Sofia    : Tidak ada, aku hanya ingin bersama kalian disaat-saat terakhirku di dunia ini.
Daniel   : Mengapa kamu berkata demikian? Kamu adalah gadis yang tangguh jadi aku yakin kalau kamu bisa melalui ini semua. (Meneteskan air mata)
Sofia    : Karena aku sudah bisa merasakan bahwa waktuku di dunia ini tinggal hitungan jam saja. Setanguh-tangguhnya aku dapat bertahan, jika sudah takdir menginginkan hal yang berbeda maka....
Daniel   : Jangan bicara seperti itu! (Teriak dan menangis)
Sofia    : Aku ingin memberikan buku ini kepadamu.
Daniel   : Apa ini?
Sofia    : Itu buku harianku, disana terdapat seluruh impian dan harapanku. Aku akan hidup di dalam tawa kalian berdua. Aku akan bahagia jika kalian bahagia dan aku akan merasa sedih jika kalian sedih, jadi jangan mencoba untuk meneteskan air mata, lagipula kalian terlihat jelek jika menangis. Satu lagi aku ingin kalian menjaga nenekku dan jangan biarkan nenekku meneteskan air matanya. Baiklah aku mau tidur dulu, selamat malam. (Dengan tersenyum)
Daniel   : Sofi... Sofia!!! (Menangis)
Diana   : (Menangis)
Nenek   : (Menangis)
            Keesokan harinya..
Daniel   :  Buku harian Sofia, hari ini aku akan membacanya. (melihat buku harian Sofia)
            Daniel pun mulai membaca buku harian milik Sofia.
Selalu saja aku berjalan sendiri.
Saat kulihat sekitar, semuanya jauh.
Walau begitu aku tetap melangkah maju.
Dengan begitu aku tetap kuat.
Sudah tidak ada yang kutakutkan.
Itulah yang kukatakan pada diriku.
Suatu hari, semua orang pasti sendirian.
Mereka hanya akan hidup dalam kenangan.
Dengan begitu aku dapat mencintai dan tertawa dalam kesepian ini.
Aku akan terus berjuang.
Tidak akan kutunjukkan air mataku didepanmu.
           
Untukmu, Tuhan .
Aku hari ini masih bisa tersenyum saat pertama kali ku membuka mata tadi pagi.
Aku masih di beri kesempatan untuk bernafas oleh-Mu.
Masih diberi kesempatan untuk mensyukuri apa yang aku punya hari ini.

Aku berterima kasih.
Karena Engkau masih menjaga orang-orang kesayangan ku saat aku tidak terjaga untuk mereka.

Terima kasih juga untuk-Mu, Tuhan.
Karena membentuk dan melahirkan aku dengan segala kelemahan dan kekuranganku.
Sehingga aku tetap tau Engkaulah yang Maha Sempurna.
Dan aku yang akan tetap belajar menyempurnakan diri dengan terus bersyukur terhadap-Mu.

Terima kasih Tuhan.
Memberikan aku orang-orang hebat dalam hari-hariku.
Memberikan ku kesabaran dalam menghadapi apa yang menjadi uji dalam kesabaranku sendiri.
Selalu memberikan ku kekuatan yang tidak putus dalam setiap helaan nafas cobaan yang kamu hadiah kan.

Terima kasih Tuhan.
Memberikan ku kebahagian yang tidak pernah aku minta secara berlebihan.
Membiarkan kebahagian itu datang dengan caranya yang unik.
Sehingga aku tidak akan pernah lupa dengan kuasa-Mu.

Iya, aku sedang menangis.
Aku terharu.
Terharu karena aku mencintaimu.

Aku bersyukur Ya Allah. Aku bersyukur.

Terima kasih

Dari aku, hamba-Mu.

            Itu adalah surat yang ada di buku harian Sofia. Setelah Daniel membacanya, dia mengerti semua keluh kesah Sofia, setelah dia membacanya dia bertekad untuk melanjutkan seluruh impian Sofia yang belum sempat ia wujudkan. Setelah ujian selesai dan lulus SMA, Daniel melanjutkan kuliah di Jerman, seperti impian Sofia yang ingin sekolah di Jerman. Daniel meninggalkan seluruh impiannya untuk pergi ke Brazil hanya untuk melanjutkan impian Sofia, walaupun dia tau Sofia tidak akan kembali lagi ke dunia ini. Di lain waktu, Diana melanjutkan kuliah di salah satu universitas di Jakarta.
(Di jerman..)
Daniel   : Sofia! Aku berhasil! (menatap langit biru)
Sofia    : Terima kasih Daniel, untuk semuanya! (menghilang dengan berhembusnya angin)


TAMAT
Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon dimaafkan ^^

{ 3 komentar... read them below or Comment }

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Accel Spasa -Black Rock Shooter- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan